17 Nov 2011

Tidak Berharap Menang




Suatu kali seorang anak sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Hari itu suasana sungguh meriah karena itu adalah babak final dan hanya 5 orang yang masih bertahan, termasuk Kevin. Sebelum pertandingan dimulai Kevin menundukkan kepala, melipat tangan dan berkomat kamit memanjatkan doa. Pertandingan dimulai, ternyata mobil balap Kevin yang pertama kali mencapai garis finish. Tentu Kevin girang sekali menjadi juara.

Saat pembagian hadiah, ketua panitia bertanya, “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang bukan?” Kevin menjawab, “Bukan pak, rasanya tidak adil meminta pada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta pada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu.

Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

Permohonan Kevin ini merupakan doa yang luar biasa. Dia tidak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya, namun ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan batin yang teguh.

Seringkali kita berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Kita ingin Tuhan menjadikan kita nomor satu, menjadikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Kita meminta agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Tidak salah memang, namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya dan rencana-Nya yang paling sempurna dalam hidup kita?

Seharusnya kita berdoa minta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan yang sempurna sebagai yang terbaik dalam hidup kita Ǥõõϑ мõrηΐπƍ‎​‎​ ːː ••O:) ĞΦĐ ß₤Ĕ§§ ¥☺Ů \=D/◦◦

7 Nov 2011

Sahabat Yesus




Cerita ini sudah hampir satu tahun lalu saya baca dan mungkin kalian juga pernah membacanya. Saya tidak bosan membacanya karna cerita ini sungguh menyentuh, Anak kecil yang begitu dekat dengan Tuhan Yesus, Semoga kita dapat meneladani prilaku dan pemikiran yang polos dari kisah ini.

Tidak ada salah nya jika saya kembali membagikan (share) cerita ini ke teman - teman lain agar kita selalu dekat dengan Tuhan dan mengucap syukur dalam segala keadaan hidup yang kita alami. Kiranya kisah ini menjadi berkat dan terang bagi kita semua.

Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.

Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."

Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya

Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.

TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.

Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.

Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?

Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"

Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.

Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.

Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.

Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.

Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"

Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.

Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."

Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.

Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.

Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.

Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;

Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"

Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."

Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran...

Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa katanya ?"

"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.

Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"

Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal¡¨

Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."

Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.

Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga

silahkan di bagikan cerita ini untuk mengingatkan atau menyadarkan kita harus selalu bersyukur

27 Okt 2011

15 Hal yang tidak ditanyakan Tuhan di Surga





Anda mungkin bertanya-tanya apa yang akan ditanyakan oleh Sang Maha Kuasa saat Anda nanti pulang ke Surga. Dan memang tak ada yang tahu pasti apa yang akan ditanyakan Tuhan nanti, yang jelas 15 hal ini tak akan ditanyakan oleh-NYA?

Tuhan tak akan bertanya mobil merk apa yang Anda kenakan. Bahkan IA tak peduli berapa banyak uang yang telah Anda habiskan untuk modifikasi bemper atau jok mobil Anda. Yang ia tanyakan adalah berapa banyak orang yang Anda bawa dalam mobil tersebut, untuk diantar ke tempat tujuan?

Tuhan juga tak akan bertanya, berapa luas rumah Anda, apakah rumah Anda adalah sebuah mansion atau apartemen di lokasi mewah, atau satu-satunya rumah yang memiliki 5 lantai di sebuah daerah. Yang IA tanyakan adalah berapa orang yang Anda undang masuk ke dalam rumah dan diberi kenyamanan tempat beristirahat?

Tuhan bahkan tak peduli apakah sepatu Anda buatan Christian Louboutin, atau Anda adalah pengkoleksi Guess. Yang IA tanyakan, apakah Anda pernah memberikan pakaian layak pakai kepada mereka yang membutuhkan?

Tuhan tak butuh status sosial Anda, tetapi IA sangat peduli pada apa yang telah Anda lakukan dengan status yang Anda sandang dan banggakan?

Tuhan tak bertanya berapa nomor rekening dan berapa jumlah uang di dalamnya. Tetapi IA bertanya apakah Anda sudah menyisihkan sebagian penghasilan untuk orang-orang yang membutuhkan?

Tuhan tak bertanya berapa jumlah penghasilan tertinggi yang pernah Anda dapat. Namun IA akan bertanya, bagaimana Anda memaksimalkan penghasilan tersebut dan mengucap syukur atasnya?

Tuhan tak bertanya berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk lembur di kantor. Tetapi IA akan bertanya berapa banyak waktu yang Anda sediakan untuk-NYA dan untuk keluarga yang Anda cintai?

Tuhan tak bertanya berapa banyak pujian yang Anda dapatkan. Tetapi IA akan bertanya berapa banyak Anda memuji orang lain dengan ketulusan hati?

Tuhan tak akan bertanya jabatan apa yang Anda sandang di kantor. Tetapi IA akan bertanya apakah Anda sudah bekerja maksimal di balik jabatan yang Anda sandang itu?

Tuhan tak bertanya apakah Anda selalu menyediakan waktu untuk diri sendiri. IA akan bertanya berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk menolong orang lain?

Tuhan tak akan bertanya berapa banyak teman yang Anda miliki. Tetapi IA akan bertanya kepada berapa orang Anda telah menjadi teman terbaik bagi mereka?

Tuhan tak akan bertanya apa yang Anda lakukan untuk mempertahankan hak Anda. Tetapi IA akan bertanya apa yang telah Anda lakukan untuk mempertahankan hak orang lain?

Tuhan tak akan bertanya berapa banyak tetangga yang Anda miliki. Tetapi ia akan bertanya bagaimana Anda memperlakukan tetangga Anda?

Tuhan tak akan bertanya apakah ras Anda, tetapi IA akan bertanya apakah Anda sudah berbuat baik kepada sesama yang berbeda warna kulitnya?

Tuhan juga tak akan bertanya berapa banyak Anda membuat janji, tetapi IA akan bertanya berapa banyak janji yang telah Anda tepati?




Sumber

20 Okt 2011

Tuhan Hilang




Di suatu daerah perumahan di pinggir kota, tinggallah dua orang kakak

beradik, umur 8 dan 10 tahun.

Kedua anak itu terkenal dengan kenakalannya yang luar biasa. Kalau ada

sesuatu yang tidak beres terjadi di lingkungan tersebut,pastilah karena ulah

mereka. Orang tua kedua anak ini betul-betul sudah kewalahan dan tidak

sanggup lagi menangani mereka. Ketika mendengar ada seorang pendeta yang

sering menangani kasus anak nakal, maka ibu ini segera berembuk dengan

suaminya supaya pendeta itu berbicara dengan kedua anak mereka. Suaminya

langsung saja setuju dan berkata,

“Cepat lakukan sebelum aku membunuh anak-anak bejat itu!”

Ibu itu segera pergi kepada pendeta dan menyatakan niatnya. Pak Pendeta

setuju, tapi minta supaya ia bisa berbicara terlebih dahulu dengan anak

yang berumur 8 tahun sendirian. Maka dikirimlah anak itu kepada pak

Pendeta.

Bertemulah mereka, pak Pendeta duduk di belakang meja yang sangat besar

dan berhadapan dengan anak nakal itu. Selama 5 menit pertama mereka

hanya duduk berhadapan dan saling menatap satu dengan yang lain. Tapi

akhirnya, pendeta menunjuk dengan jari telunjuknya persis ke muka anak

itu, dan bertanya: “Di mana Tuhan?”

Anak itu melihat ke bawah meja, ke sudut ruangan, dan ke seluruh penjuru

tempat, tetapi dengan diam seribu kata.

Sekali lagi dengan suara keras pendeta menunjuk ke arah anak itu dan

bertanya: “Di mana Tuhan?”

Lagi-lagi anak itu mencoba melihat ke seluruh ruangan dan tetap tidak

berbicara apa-apa. Untuk ke tiga kalinya, dengan suara yang lebih keras

dan tajam, pendeta menunjuk jari telunjuknya tepat di depan hidung anak

itu, dan bertanya: “Di mana Tuhan?”

Anak itu menjadi panik, lalu lari tunggang langgang pulang ke rumah.

Ketika bertemu dengan kakaknya, ia cepat-cepat menarik kakaknya ke ruang

atas, di tempat dimana mereka biasa merencanakan akal busuk mereka.

Akhirnya anak itu berkata: “Wah, celaka, Kak, kita ada dalam masalah

besar!”

Kakaknya bertanya: “Apa maksudmu kita ada dalam masalah besar?”

Anak itu menjawab: “Kayaknya Tuhan hilang, dan mereka pikir kitalah yang

mencurinya…!”

Photobucket